PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL / EMPAT GEJALA KARDINAL
PEDOMAN UNTUK MENGUKUR TANDA VITAL (
TTV )
- Pedoman untuk mengukur tanda vital
- Pengertian tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital adalah ukuran dari
berbagai fisiologi statistik, sering diambil oleh profesional kesehatan, dalam
rangka untuk menilai fungsi tubuh yang paling dasar.
Pemeriksaan tanda vital terdiri atas
pemeriksaan nadi, pernapasan, tekanan darah, dan suhu. Pemeriksaan ini
merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara
keseluruhan.
- Pedoman untuk mengukur tanda vital
1)
Pedoman bagi perawat dalam pengukuran tanda vital
- Perawat yang merawat klien bertanggung jawab terhadap pengkajian TTV
- Peralatan harus berfungsi dan sesuai
- Peralatan harus dipilih berdasarkan kondisi dan karakteristik klien
- Perawat mengetahui batas normal Tanda-Tanda Vital
- Perawat mengetahui riwayat medis pasien
- Perawat mengontrol dan meminimalkan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi TTV
- Perawat menggunakan pendekatan yang teratur dan sistematik ketika mengukur TTV
- Cara pendekatan pada klien dapat mengubah tanda vital
- Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan frekwensi pengkajian TTV
- Perawat menganalisis hasil pengukuran vital
- Perawat memeriksa dan mengkomunikasikan perubahan yang signifikan
2)
Macam-macam tanda vital
Ada empat
tanda-tanda vital yang standar dalam sebagian besar pengaturan medis:
- Nadi (Pulse rate/Heart rate/HR
- Tekanan darah (blood pressure/BP)
- Pernafasan (Respiration rate/RR)
- Suhu Tubuh (body temperature)
- Tujuan pemeriksaan tanda vital
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital
yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien
saat dirawat. Tindakkan ini bukan hanya sekedar rutinitas perawat tetapi
merupakkan tindakkan pengawasan terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh
selama dirawat. Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama
antara pasien satu dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih
sering atau lebih ketat pada pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan
pasien yang tidak mengalami kegawat daruratan/kritis.
PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
BAHAN
PEMBELAJARAN 2
PEMERIKSAAN
SUHU TUBUH
|
2. Pemeriksaan suhu tubuh
- Pengertian pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh adalah keseimbangan
antara panas yang diperoleh dan panas yang hilang. Nilai normal suhu tubuh
antara 35,8°-37° C. Setiap peningkatan suhu tubuh 1°C terjadi peningkatan
frekuensi nadi sekitar 20 kali denyut per menit. Pemeriksaan suhu merupakan
salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolism dalam
tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolism darah.
- Tujuan pengukuran suhu tubuh
- Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnose.
- Untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
- Macam – macam pengukuran suhu
- Suhu oral
Mengukur suhu badan dengan
menggunakan thermometer yang ditempatkan di mulut.
- Suhu aksila
Mengukur suhu badan dengan
menggunakan thermometer yang ditempatkan di ketiak
- Suhu rektal
Mengukur suhu badan dengan menggunakan
thermometer yang ditempatkan di rektal/anus.
- Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai proses di antaranya:
1)
Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik
2)
Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang
kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dibngin yang bergerak
atau pada air di kolam renang
3)
Evaporsi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap
4)
Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung
tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin, dan
lain lain.
PEMERIKSAAN
PERNAFASAN
4. Pemeriksaan
nafas
Pengertian
penghitungan nafas, Pernapasan yang normal dapat diobservasi dari
frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai,
seperti bunyi napas dan bau napas. Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang
dewasa normal berkisar 12-20 kali dalam 1 menit. Setiap orang dapat mengendalikan
pernapasan secara individual dalam waktu tertentu, misalnya pada waktu
berenang, bernyanyi, berpidato, lari cepat, dan sebagainya. Dalam kondisi
normal, pernapasan berlangsung secara otomatis. Frekuensi Pernafasan
Normal Bayi baru lahir 40 – 60 x/menit.
• 1 – 11 bulan 30x/menit
2 tahun 25x/menit
- • 4 – 12 tahun 19 – 23x/menit
- • 14 – 18 tahun 16 – 18x/menit
- • Dewasa 12 – 20x/menit
- • Lansia (>65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap
- b. Tujuan penghitungan nafas
- Mengetahui keadaan umum pasien
- Mengetahui jumlah dan sifat pernapasan dalam 1 menit
- Mengikuti perkembangan penyakit
- Membantu menegakkan diagnose
- c. Anatomi dan fisiologi pernafasan
Saluran pernafasan (conducting
airway) : Berfungsi sebagai saluran udara ke daerah pertukaran gas. Terdiri
dari hidung, pharynx, larynx, brokhus, bronkhiolus terminalis. Saluran
pernafasan ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang berfungsi sebagai
filter (penyaring), menghangatkan dan melembabkan (humidifikasi). Saluran
Pernafasan Bagian Atas :
Hidung :
Terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dgn ditutupi bulu kasar.
Fungsi dari hidung: pengatur kondisi udara (air conditioning): Fungsi ini perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam alveolus paru.
Fungsi ini dilakukan dengan cara: mengatur kelembapan, mengatur suhu, penyaring dan pelindung
Hidung :
Terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dgn ditutupi bulu kasar.
Fungsi dari hidung: pengatur kondisi udara (air conditioning): Fungsi ini perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam alveolus paru.
Fungsi ini dilakukan dengan cara: mengatur kelembapan, mengatur suhu, penyaring dan pelindung
Faring :
Merupakan jalan persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan, dan merupakan sebuah pipa yang memiliki otot, terletak di belakang nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring
Larynx :
Merupakan jalan persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan, dan merupakan sebuah pipa yang memiliki otot, terletak di belakang nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring
Larynx :
Merupakan bagian yang terbawah dari
saluran nafas bagian atas.
Terdapat pita suara dan epiglotis yang merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat menelan.
Fungsi dari larynx adalah untuk fonasi dan pelindung saluran pernafasan (mencegah aspirasi)
Terdapat pita suara dan epiglotis yang merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat menelan.
Fungsi dari larynx adalah untuk fonasi dan pelindung saluran pernafasan (mencegah aspirasi)
Trakhe :
Trakhea mempunyai tulang rawan.Tempat percabangan trakhea menjadi cabang utama bronkhus kiri dan cabang utama bronkhus kanan disebut karina
Bronkus:
Trakhea mempunyai tulang rawan.Tempat percabangan trakhea menjadi cabang utama bronkhus kiri dan cabang utama bronkhus kanan disebut karina
Bronkus:
Bronkhus mempunyai tulang rawan
datar irreguler otot polos dibronkhus tersusun secara spiral. Bronkhus utama
kanan lebih pendek, lebih besar dan hampir vertikal. Bronkhus utama kiri lebih
panjang, sempit dan sudut antara trekhea dan bronkhus lebih lebar.
Bronkhiolus :
Merupakan cabang terkecil dari bronkhus, tidak mempunyai tulang rawan pada dindingnya tetapi dikelilingi oleh otot polos
Alveoli :
Fungsi alveoli sebagai saluran akhir dan untuk melakukan pertukaran gas (O2 dan CO2 ).
Paru-paru :
Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga thoraks. Kerangka tulang ini terdiri dari sternum dan kosta dianterior serta skapula, kolumna vertebralis dan kosta diposterior
Bronkhiolus :
Merupakan cabang terkecil dari bronkhus, tidak mempunyai tulang rawan pada dindingnya tetapi dikelilingi oleh otot polos
Alveoli :
Fungsi alveoli sebagai saluran akhir dan untuk melakukan pertukaran gas (O2 dan CO2 ).
Paru-paru :
Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga thoraks. Kerangka tulang ini terdiri dari sternum dan kosta dianterior serta skapula, kolumna vertebralis dan kosta diposterior
- d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan
Ada beberapa
factor yang dapat mempengaruhi pernapasan, yaitu :
- Kondisi kesehatan yang menyebabkan gangguan pada organ napas dan berhubungan dengan pernapasan, misalnya infeksi pada paru-paru.
- Pemakaian obat-obatan, misalnya obat penenang, narkotika, analgetik, yang dapat menurunkan kedalaman pernapasan. Kecepatan pernapasan berhubungan dengan kecepatan denyut nadi dengan perbandingan satu kali bernapas lebih kurang 4 kali denyut nadi. Dalam keadaan suhu tubuh meningkat, kecepatan bernapas juga meningkat karena tubuh berupaya melepaskan kelebihan panas. Pusat pernapasan berada pada medulla oblongata pada tengkorak. Apabila tekanan pada tengkorak kepala bertambah akan mempengaruhi pernapasan menjadi tidak teratur. Dalam keadaan anemia, ketika terjadi penurunan jumlah sel-sel darah merah daya angkut oksigen dalam darah berkurang untuk mengompensasi jumlah pemasukan oksigen ke dalam tubuh maka frekuensi pernapasan bertambah cepat.
- Olahraga
Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan menambah oksigen - Nyeri Akut
Sebagai akibat stimulasi simpatik
sehingga meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan. Klien dapat menghambat pergerakkan dada
bila ada nyeri pada area dada.
- Usia (secara normal kecepatan berbeda)
- Ansietas
- Anemia
- Posisi tubuh
- Medikasi
- Cedera batang otak
- e. Indikasi penghitungan nafas
BAHAN
PEMBELAJARAN 6
PEMERIKSAAN
NADI
- Pemeriksaan nadi.
- a. Pengertian penghitungan nadi
Denyut nadi
adalah pelebaran dan recoil arteri elastis berirama pada saat ventrikel
memompakan darah kedalam sirkulasi. Memeriksa denyut nadi merupakan indicator
menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dengan alat elektronik yang sederhana
maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi ini dilakukan pada daerah arteri
radialis pergelangan tangan, arteri brachialis pada siku bagian dalam, arteri
karotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis,
atau arteri frontalis pada ubun bayi, guna mengetahui denyut nadi (irama,
frekuensi) dan menilai kemampuan fungsi kardiovaskular.
- b. Anatomi dan fisiologi jantung
- c. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi
- d. Tempat/lokasi menghitung nadi
Pemeriksaan denyut nadi ini
dilakukan pada daerah
- arteri radialis pergelangan tangan
- arteri brachialis pada siku bagian dalam
- arteri karotis pada leher
- arteri temporalis
- arteri femoralis
- arteri dorsalis pedis
- arteri frontalis pada ubun bayi
- e. Tujuan penghitungan nadi
- a. Menghitung denyut nadi dalam satu menit
- b. Mengetahui keadaan umum klien
- c. Mengetahui integritas system kardiovaskuler
- d. Mengetahui perkembangan jalannya penyakit
- e. Indikasi penghitungan nadi
BAHAN
PEMBELAJARAN 8
PEMERIKSAAN
TEKANAN DARAH
- Pemeriksaan tekanan darah
- a. Pengertian pengukuran tekanan darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke
semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam
jantung darah . Pemeriksaan tekanan darah merupakan indicator penting dalam
menilai fungsi kardiovaskular. Tekanan maksimum pada dinding arteria yang
terjadi ketika bilik kiri jantung menyemprotkan darah melalui klep aortic yang
terbuka ke dalam aorta disebut sebagai tekanan sistolik. Pada titik terendah,
tekanan yang konsisten terdapat di dinding arteri
- b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
- Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus
dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi
jantungnya).
- Tekanan Perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah berbanding terbalik
dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu
:
1)
Viskositas darah.
Semakin banyak kandungan protein dan
sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia,
kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
2)
Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh, semakin
besar tahanan terhadap aliran darah.
3)
Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik
dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya
a)
Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase dilatasi, maka
aliran darah akan meningkat enambelas kali lipat. Tekanan darah akan turun.
b)
Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontriksi, maka
tahahan terhadap aliran akan meningkat enambelas kali lipat dan tekanan darah
akan naik.
Karena panjang pembuluh dan
viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah
didapat adri perubahan radius pembuluh darah
- c. Tujuan pengukuran tekanan darah
- d. Indikasi pengukuran tekanan darah
- e. Tempat/lokasi pengukuran tekanan darah
- f. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik dan Diastolik
- Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi dengan menggunakan sfigmomanometer :
- Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk mengehentikan aliran darah arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, dan sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset.
- Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Karotkoff, yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik.
2. Tekanan
darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolic 80
mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik
sistolik maupun diastolic biasannya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah
laki-laki dewasa muda
3. Tekanan
darah arteri adalah tekanan darah lateral yang disebabkan oleh volume darah
pada dinding pembuluh darah. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan
pembuluh darah tepi. Tekanan darah bergantung pada volume darah yang
diejedinding erteri, ksikan, kecepatan, distensibilitas, viskositas darah, dan
tekanan di dalam pembuluh setelah ejeksi terakhir.
4. Tekanan
darah sistolik merupakan puncak tekanan di dalam arteri yang diatur oleh isi
sekuncup dan kelenturan pembuluh darah. Tekanan darah diastolik merupakan
tekanan darah di dalam arteri dan bergantung pada tahanan perifer. Perbedaadan
diastolik dan tekanan sistolik adalah tekanan nadi.
Tekanan darah
pada lengan kanan biasanya 5-10 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
darah pada lengan kiri. Sedangkan tekanan darah di tungkai biasanya 15-20 mmHg
lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah pada lengan , meskipun dengan
berbaring. Hal ini sebagian berkaitan dengan hukum Poisuille, yang pada intinya
menyatakan tahanan total pembuluh darah yang dihubungkan secara parallel lebih
besar daripada tahanan satu pembuluh darah besar. Tekanan darah di dalam aorta
lebih kecil dibandingkan tekanan darah di dalam cabang-cabang arteri
ekstremitas bawah.
Tekanan darah
sangat bervariasi, bergantung pada tingkat eksitasi pasien, tingkat aktivitas,
kebiasaan merokok, nyeri, distensi kandung kemih atau pola diet. Selama
pernapasan tenang biasanya terjadi penurunan tekanan sistolik sampai 10
mmHg pada waktu inspirasi.
- g. Teknik Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan
dengan pasien berbaring terlentang yang nyaman. Kantong manset diletakkan di
atas arteri brakhialis kanan. Jika lengannya terlalu gemuk, pakailah manset
paha. Lengan sedikit difleksikan dan disokong kira-kira setinggi jantung.
Pengukuran tekanan darah secara palpasi ini seperti diuraikan di atas untuk
menentukan tekanan sistolik secara memadai dan untuk menyingkirkan
permasalahan karena adanya celah auskultasi, sebaiknya tekanan darah mula-mula
diperiksa dengan cara palpasi.
Menurut prosedur ini, arteri
brakhialis atau radialis kanan dipalpasi sementara manset dipompa di atas
tekanan darah yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi. Sekrup yang
dapat diputar dibuka perlahan untuk mengurangi tekanan di dalam kantong karet
secara lambat. Tekanan sistolik dikketahui dengan timbulnya kembali denyut
brachial. Segera setelah denyut teraba, sekrup itu dibuka untuk
mengurangi tekanan kantong karet dengan cepat. Ini adalah tekanan darah sistolik.
PEMBELAJARAN
11
PEMERIKSAAN
FISIK
URAIAN
MATERI
PEMERIKSAAN
FISIK
- A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis
adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam
keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan
klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus
pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya ,
klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah
gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
atau tidak.
- TUJUAN
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam
keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi
masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan.
Pemeriksaan fisik merupakan
salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami
oleh pasien. Dalam melakukan pemeriksaan fisik dikerjakan dengan hari- hati,
menjaga privasi, tidak menyakiti dan kenyamanan pasien tetap terjaga.
- C. Biometrika dasar
- 1. Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan [[stasiometer]] atau tongkat
pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak
berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
- 2. Berat atau massa
Berat atau
massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
[[Indeks massa
tubuh]] digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta
tingkat kegemukan.
- 3. Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subyektif
namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri diukur dengan
menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai ‘0’ (tidak dirsakan nyeri pada
pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga ‘5’ (nyeri terburuk
yang pernah dirasakan pasien).
- D. Teknik Dasar Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada pasien
yang baru pertama kali datang periksa, ini dilakukan dengan lengkap, pada
pemeriksaan ulang dilakukan yang perlu saja jadi tidak semua pemeriksaan
dilakukan; untuk penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan lengkap
bila masih ada waktu dan bagi penderita yang pernah diperiksa dilakukan yang
perlu saja.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik
yaitu:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu tindakan
pemeriksaan dengan menggunakan indra penglihatan untuk mendeteksi karakteristik
normal atau tanpa tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh lainnya,
Inspeksi digunakan untuk mendeteksi betuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan
lainya dari tubuh pasien.
Cara Pemeriksaan:
- Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati secara detail, posisi duduk, tidur ataupun berdiri.
- Berikan pencahayaan yang cukup.
- Bagian tubuh yang akan diperiksa (upayakan pasien sendiri membuka pakainnya), tidak dibuka sekaligus namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi dengan selimut.
- Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan; posisi dan abnormalitasnya.
- Bandingkan suatu area sisi tubuh dengan bagian tubuh lainnya.
- Jangan melakukan inspeksi secara terburu-buru.
2. Palpasi
Palpasi
merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu tangan untuk menentukan
ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur dan mobilitas. Palpasi membutuhkan
kelembutan dan sensitivitas. Untuk itu hendaknya mengunakan permukaan palmar
jari, yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi testur konsistensi, bentuk
massa dan pulsasi. Pada telapak tangan dan permukaan ulnar tangan lebih
sensitive pada getaran. Sedangkan untuk mengkaji
temperature, hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari. Rasa nyeri
tekan dan kelainan dari jaringan atau organ tubuh dapat dirasakan oleh pasien
saat dilakukan palpasi. Palpasi juga merupakan tindakan penegasan dari hasil
inspeksi disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
Cara Pemeriksaan
- Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus dibuka.
- Pastikan pasien dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman untuk menghindari keteganan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
- Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
- Minta pasien untuk menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
- Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar.
- Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.
- Lakukan palpasi secara hati-hati, apabila dicurigai adanya farkur tulang.
- Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
- Lakukan palpasi ringan atau memeriksa organ/jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
- Lakukan palpasi agak dalam apabila memeriksa organ atau jaringan dengan kedalaman 1-2,5 cm.
- Lakukan palpasi bimanual apabila kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasikan dan diletakkan dibagian bawah organ/ jaringan tubuh, sedangkan tangan lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ atau jaringan.
- Rasakan dengan seksama kelainan organ/ jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/ bersifat kasar atau lembut, ukurannya dan ada tidaknya getaran/ triil, serta rasa nyeri raba/ tekan.
- Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
3. Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan
melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk
mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya
cairan dalam tubuh. Ada dua cara dalam perkusi yaitu cara langsung dan cara tidaak langsung.
Cara langsung dilakukan dengan mengetuk secara langsung menggunakan satu atau
dua jari. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari
tengah tangan diatas permukaan tubuh dan jari tangan lain, telapak tidak pada
permukaan kulit. Setelah mengetuk, jari tangan ditarik kebelakang. Secara umum,
hasil perkusi dibagi menjadi tiga macam, diantaranya sonor, Sonor adalah suara
yang terdengar pada perkusi paru-paru normal, pekek suara yang terdengar pada
perkusi otot dan timpani adalah suara yang terdengar pada abdomen dan
bagian lambung. Selain itu terdapat suara yang terjadi pada diantara suara
tersebut, seperti redup dan hipersonor. Redup adalah suara antara sonor dan
pekek sedangkan hipersonor adalah antara sonor dan timpani.
Cara pemeriksaan :
- Posisi pasien dapat duduk, tidur, atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus dibuka.
- Pastikan pasien dalam keadaaan rileks dan posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot yang dapat menggangu hasil perkusi.
- Minta pasien menarik nafas dalam agar meningkatkan relaksasi otot .
- Kuku jari pemeriksa harus pendek.
- Tangan hangat dan kering.
- Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis yaitu dengan metode langsung yaitu melakukan perkusi atau pegetokan jari tangan langsung dengan menggunakan satu atau dua ujung jari.
- Metode tidak langsung yaitu:
- Jari tengah tangan kiri yang tidak dominan sebagai fleksi meter diletakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.
- Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
- Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan bergerak dan pergelangan tangan rilek.
- Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
- Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat
- h. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi
- Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung)
- Bunyi resonan mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan(empisema paru)
- Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu lama kualitas seperti petir (hati)
- Bunyi kemps mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot)
4. Auskultasi
Auskultasi
merupakan pemeriksaan dengan mendegarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
melalui stetoskop. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi
adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi yang normal. Auskultasi
dilakukan di dadad untuk mendengar suara nafas dan bila dilakukan di abdomen
mendengarkan suara bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi
meliputi:
- Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit
- Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar
- Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara.
- kualitas yaitu warna nada/ variasi.
Pemeriksaan
harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang
berbeda sehingga bunyi abnormal dapat terdeteksi dengan sempurna. Untuk
mendeteksi suara diperlukan alat yang disebut stetoskup yang berfungsi
menghantarkan, memilih, dan mengumpulakan frekwensi suara. Stetoskup terdiri
dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastic dan
telinga. Slang plastik stetoskup harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan
telinga stetoskup mempunyai sudut binaural dan bagian ujung mengikuti
lekuk dari rongga telinga kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada
kulit pasien.Ada 2 jenis kepala stetoskup yaitu;
- Bel stetoskup digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan seperti bunyi jantung dan tekenan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekwensi tinggi terdengar lebih kuatmaka nada frekwensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi terenggang, maka cara kerjanya seperti diagframa.
- Diagfragma digunakan untuk bunyi bernada lebih tinggi seperti bunyi usus dan paru
Cara pemeriksaan :
- Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagianmana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
- Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
- Pastikan stetoskup sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala selang dan telinga
- Pasanglah ujung stetoskup bagian telinga ke lubung telinga periksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya . Stetoskup telinga
- Hangatkan dulu kepala stetoskup pada telapak tangan atau mengosokan pada pakaian pemeriksa.
- Tempelkan kepala stetoskup pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistematis.
- Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tengan ringan yaitu pada bunyi jantung, dan faskuler. Dan gunakan diafragma untuk bunyi yang bernada tnggi seperti bunyi usus dan paru.
- Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.
Posisi pemeriksaan
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
yang optimal, maka posisi pemeriksaan sangat menentukan. Beberapa posisi
pemeriksaan yang umum dilakukan :
- Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, extremitas atas.
- Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ekstremitas, dan nadi perifir.
- Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki menyentuh tempat tidur .
- Posisi sims (tidur miring) untuk pemeriksaan rectal dan vagina.
- Posisi litotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi. Untuk pemeriksaan rectal dan vagina.
- Posisi prone (terlungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung.
- Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal
- Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abdonormalitas postural, langkah dan keseimbangan.
Dibawah ini
- E. Organ-organ yang diperiksa
1. Pemeriksaan kepala
Tujuan
- Mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
- Mengetahui kelainan yang ada di kepala.
2. Pemeriksaan Mata
Tujuan
1)
Mengetahui bentuk dan fungsi mata.
2)
Mengetahui adanya kelainan pada mata.
3) Pemeriksaan
Telinga
Tujuan
Mengetahui
telinga luar saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran
3)
Pemeriksaan Hidung
Tujuan
(1) Mengetahui bentuk
dan fungsi hidung
(2) Menentukan
kesimetrisan struktur dan adanya imflamasi atau insfeksi.
4)
Pemeriksaan Mulut dan Faring
Tujuan
Mengetahui bentuk dan setiap
kelainan mulut.
5) Pemeriksaan Dada dan Paru
Tujuan
- Mengetahui bentuk, kesemirtrisan, ekspansi, keadaan kulit didnding dada.
- Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan.
- Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil fremitus.
- Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
- Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
- Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial.
- Mengetahui adanya sumbatan aliran udara, dll.
6). Pemeriksaan jantung
Tujuan
- Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung.
- Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
- Mengetahui bunyi jantung normal atau abnormal.
- Mendeteksi gangguan kardiovaskular.
7). Pemeriksaan payudara dan ketiak
Tujuan
- Mengetahui adanya massa atau tidanya ketidakteraturan dalam jaringan payudara.
- Mendeteksi awal adanya kankerb payudara.
8). Pemeriksaan perut (abdomen)
Tujuan
- Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut
- Mendengar suara peristaltic usus.
- Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut, benjolan dalam perut, dll
9). Pemeriksaan Genetalia
Tujuan
- Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
- Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/benjolan, infeksi, luka/iritasi,pengeluaran cairan/darah, dsb.
- Melakukan perawatan genetalia.
- Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil/ persalinan.
10). Pemeriksaan Rektum dan Anus
Tujuan :
- Mengetahui kondisi anus dan rektum
- Menetukan adanya massa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal.
- Mengetahui integritas spingter anal eksternal.
- Memeriksa kanker rektal, dll.
11). Pemeriksaan Sistem
Muskuloskeletal
Tujuan :
- Memperooleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian.
- Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
12). Pemeriksaan Sistem Neurologi
a)
Difinisi
Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran
yang menangani kelainan pada sistem saraf.
Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan
memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat, dan memanejemen
pasien
dan kelainan saraf. Kebanyakan para neurolog dilatih untuk menangani pasien
dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurolog pediatrik, yang merupakan
cabang dari pediatri atau ilmu kesehatan anak. Di Indonesia, dokter dengan
spesialisasi neurologi diberi gelar Sp.S. atau Spesialis Saraf.
b)
Tujuan :
Mengetahui
integritas sistem persarafan yang meliputi fungsi saraf kranial, fungsi
sensorik, fungsi motorik, dan refleks.
c)
Cara pemeriksaan
Kondisi mayor termasuk:
- sakit kepala seperti migrain
- epilepsi
- kelainan saraf yang degeneratif seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, ataksia
- penyakit sistem peredaran darah di otak atau serebrovaskular seperti stroke
- kesulitan tidur
- palsi otak kecil
- infeksi otak seperti ensefalitis, meningitis, mielitis pada sum-sum tulang belakang
- kanker atau tumor di otak dan selaputnya, sistem saraf
- kelainan pergerakan seperti tremor pada penyakit Parkinson, khorea
- penyakit demielinasi pada sistem saraf pusat seperti sklerosis ganda, dan pada sistem saraf tepi seperti sindrom Guillain-Barré
- kelainan pada sum-sum tulang belakang
- kelainan sistem saraf tepi
- cedera traumatik
- status mental seperti koma
- kesulitan berbicara dan berbahasa
Pemeriksaan
Selama pemeriksaan, neurolog
meninjau riwayat kesehatan pasien dengan perhatian khusus pada kondisi saat
ini. Pasien akan menjalani berbagai pemeriksaan klinis seperti pemeriksaan
penglihatan, kekuatan, koordinasi, refleks, dan rangsangan. Informasi tersebut
akan membantu neurolog untuk memastikan penyakit tersebut berhubungan pada
sistem saraf. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
yang diderita pasien.
Neurolog juga bertanggung jawab
untuk beberapa tindakan medis seperti fungsi lumbal. Namun
bila neurolog tidak hadir, dokter umum yang berkemampuan dapat melakukan fungsi
lumbal tersebut.
3. Rangkuman
Pemeriksaan fisik merupakan
salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami
oleh pasien. Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang baru pertama kali datang
periksa, ini dilakukan dengan lengkap, pada pemeriksaan ulang dilakukan
yang perlu saja jadi tidak semua pemeriksaan dilakukan.Teknik pemeriksaan fisik
terdiri dari inspeksi, palpasi, perkuasi dan auskultasi. Organ – organ yang
dilakukan pemeriksaan fisik antara lain pada kepala, mata, telingan dan hidung,
mulut dan faring, dada dan paru-paru,jantung , payudara dan ketiak, perut,
genetalia. Rektum dan anus, sistem muskuloskeletal, dan neurologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar